Pejabat kota Namwon yang baru datang menggantikan posisi ayah Mongryeong belum apa-apa sudah menyuruh bawahannya dan berkata,”Bawakan padaku gadis cantik yang terkenal bernama Ch’unhyang”.
“Permintaan itu terlalu sulit.”Jawab si bawahan.”Karena dia sudah menikah secara rahasia dengan Yi Mongryeong, anak mantan pejabat Namwon.”
Dengan marah, pejabat baru itu meminta Ch’unhyang dipanggil dengan segera. Karena takut dengan pejabat baru tersebut, akhirnya Ch’unhyag datang juga didampingi oleh pembantunya. Dengan cermat pejabat itu melihatnya dengan penuh rasa penasaran.
“Aku udah mendengar namamu sampai di Seoul, kau memang seorang gadis yang sangat cantik. Maukah kau bersamaku?”
Dengan menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya, Ch’unhyang menjawab. “Hamba sudah terikat dengan Yi Mongryeong. Oleh karena itu, hamba tidak bisa melakukan apa yang tuan minta. Baginda Raja telah mengirim tuan datang kemari untuk mengurusi rakyat, dan itu adalah tanggung jawab tuan yang besar. Akan lebih baik jika tuan menjalankan apa yang sudah menjadi tugas dan kewajiban tuan sebagai pejabat negara, menerapkan keadilan bagi rakyat Namwon sesuai dengan peraturan yang berlaku di negeri ini”. Jawaban Ch’unhyang membuat marah si pejabat yang bernama Byun Hakdo tersebut, dan langsung memasukkan Ch’uhnyang ke dalam penjara.
“Kenapa aku harus dimasukan ke penjara?!” Protes Ch’unhyang. “Aku tidak melakukan hal yang salah. Sudah seharusnya seorang istri tetap setia kepada suaminya. Sama halnya dengan pejabat yang setia pada Rajanya.” Perkataanya hampir saja membuat Byun Hakdo lebih marah lagi, dan akhirnya Ch’unhyang mau tak mau harus hidup di dalam penjara akibat tidak menyambut perasaan Byun Hakdo.
Sementara itu Yi Mongryeong telah sampai di Seoul, dimana ia belajar dengan sangat giat mempelajari semua literatur Cina, dan ikut ujian nasional pemerintahan dengan nilai yang sangat tinggi. Ia ditawari untuk bekerja di istana menjadi salah satu pembantu Raja. Saat Raja mengucapkan ucapan selamat padanya telah melewati ujian Munkhwa, sang Raja bertanya, “Apakah kau ingin menjabat sebagai pejabat kerajaan atau gubernur?”
“Hamba menginginkan posisi sebagai amhaeng osa (semacam inspektur polisi).” Jawab Yi Mongryeong. Yi Mongryeong dengan pangkat amhaeng osa berkelana ke seluruh negeri, menyamar sebagai pengemis.
Dan akhirnya, Yi Mongryeong sampai juga di Namwon. Kemudian dia mendatangi seseorang yang sedang menanam padi di sawah. Selama bekerja, petani tersebut mengucapkan sesuatu dengan nada sedih, “Kami keluar bertahan dengan panasnya sengatan mentari, mencangkul tanah kami, menanam benih, dan menjaganya hingga tumbuh menjadi padi. Pertama-tama kami harus membayar upeti pada Raja, memberikan sedikit pada yang miskin, sedikit lagi pada pengelana yang datang mengetuk pintu rumah kami, dan menyisakan sedikit uang untuk perayaan sembahyang nenek moyang kami. Itu tidak apa-apa bagi kami, tapi pejabat yang baru itu alah menguras semuanya hingga kami tidak punya apa-apa lagi untuk dimakan.”
Karena mendapatkan sesuatu yang menarik, Yi Mongryeong mendekati mereka yang sedang bekerja di sawah dan berkata, “Aku dengar kalau Byun Hakdo sudah menikahi Ch’unhyang dan hidup bahagia.”
“Beraninya kau berkata seperti itu anak muda!” salah satu dari mereka marah.”Jangan pernah mengatakan sesuatu yang buruk tentang gadis malang itu. Ch’unhyang adalah gadis yang setia, jujur dan suci. Dan kau adalah salah satu orang yang bodoh karena membicarakan gadis malang dan pejabat busuk yang sudah berbuat jahat padanya. Bukan hanya itu, yang membuatnya menderita seperti itu adalah anak pejabat yang sudah menggoda dan menghilangkan kesucian dirinya, yang pada akhirnya meninggalkan gadis itu seorang diri dan tidak pernah kembali, kasihan sekali dia. Pemuda itu benar-benar brengsek!”
Para petani yang marah itu membuatnya terkejut, semua petani mempunyai ketidaksukaan yang sama pada pejabat baru yang menggantikan ayahnya. Saat melewati sekelompok pemuda lokal yang berasal dari keluarga aristokrat terhormat (Yangban) yang sedang piknik, Mongryeong pun mendengar keluhan yang sama.
“Inilah hari-hari yang sangat menyedihkan! Aku dengar seorang wanita bernama Ch’unhyang akan dihukum mati dalam dua tiga hari ini”.
“Oh! Pejabat yang ini memang bedebah.” Sahut pemuda yang lain lagi.”Yang dia pikirkan hanya bagaimana cara menguasai Ch’unhyang, tapi gadis itu seperti akar pohon bambu yang tidak tergoyahkan sedikitpun. Dia tetap setia kepada suaminya.”
Seseorang menambahkan,”Bukankah dia menikah dengan anak pejabat sebelumnya? Binatang seperti apakah Yi Mongryeong itu sampai hati meninggalkan istrinya yang malang itu.”
Komentar-komentar tersebut membuat Yi Mongryeong malu, khawatir, dan juga marah. Lalu kembali ke Namwon.
Sementara itu Ch’unhyang yang masih mendekam di penjara, dengan setia berpegang teguh pada Yi Mongryeong meskipun itu hanya dalam ingatannya saja. Tubuh Ch’unhyang mengurus, pucat dan sakit-sakitan. Suatu hari ia bermimpi berada di pekarangan rumahnya, bunga-bunga yang ditanam dan diraawat olehnya tiba-tiba layu, cermin yang berada di kamarnya pecah, dan sepatunya terganting di pintu masuk. Ch’unhyang dalam mimpinya menanyakan arti kejadian itu pada orang buta yang sedang berjalan melewati rumahnya.
“Aku akan menjelaskan artinya padamu. Bunga-bunga yang telah layu dan mengering akan tumbuh lagi dan berbuah, bunyi pecahan cermin akan terdengar ke seluruh negeri, dan sepatu yang ada di pintu itu artinya akan banyak orang datang pada mu untuk mengucapkan selamat”. Ch’unhyang berterimakasih pada orang buta itu untuk arti mimpinya dan berharap kalau mimpinya akan terkabul. Namun pada kenyataan, hidup Ch’unhyang sudah diujung tombak. Byun Hakdo mengundang wakil-wakil pejabat lainnya untuk mengadakan pesta besar di hari dimana Ch’unhyang akan di eksekusi 3 hari lagi.
Yi Mongryeong telah tiba di kota, dan langsung pergi ke rumah Ch’unhyang. Ibu mertuanya tidak mengenalinya,”Aku tidak mengenalmu, tapi wajahmu mengingatkanku pada Mongryeong tapi bajumu itu baju pengemis.” Ujarnya.
“Tapi aku memang Yi Mongryeong.”
Ibu mertuanya terkejut,”Oh!Akhirnya anda datang juga, kami sudah menunggumu. Dalam dua tiga hari ini Ch’unhyang akan mati!”
Yi Mongryeong mengatakan kalau, meskipun dia seorang pengemis namun hatinya tetap milik Ch’unhyang dan tidak akan pernah berubah. Yi Mongryeong memaksa ingin menemui istrinya itu, dengan didampingi ibu mertuanya, Ch’unhyang dan Yi Mongryeong pun akhirnya bertemu. Ch’unhya megatakan kalau besok dia akan dieksekusi, oleh karena itu dia meminta Mongryeong datang pada pagi hari karena ingin melihat wajah Mongryeong utnuk terakhir kalinya.
Keesokkan pagi, Yi Mongryeong mendatangi pesta yang diadakan oleh Byun Hakdo. Sudah menjadi kebiasaan jika pejabat kerajaan mengadakan pesta besar, para pengemis akan berdatangan untuk minta sedekah makanan dan Yi Mongryeong pun datang sebagai pengemis ke tempat itu.
“Tolong berikan aku makanan.” Pintanya. Lalu menyelinap dalam keramaian untuk bisa masuk ke dalam dengan memanjat tembok. Yang pertamakali ia temui adalah bawahan pejabat Undong bernama, Yongjang.
“Saya sangat lapar, bisakah anda memebriku sedikit makanan?” tanya Mongryeong padanya. Karena merasa kasihan, Yongjang menyuruh seorang kisaeng membawakan makanan untuk pengemis itu.
“Terimakasih, karena tuan sudah memeberikanku makanan. Sudah sepantasnya hamba membayar budi baik ini dengan sebuah puisi.” Dia memberikan puisi itu ke tangan Yongjang.
Anggur yang terisi dalam piala yang indah
Adalah darah dari ribuan orang
Daging-dagingnya yang disuguhkan dengan megah di meja giok
Adalah daging dan kesusahan beribu-ribu tahun
Yang terbakar di perjamuan mewah ini, adalah airmata orang-orang yang kelaparan.
Suara berisik dari nyanyian kaum bangsawan
Terdengar sama dengan keluhan para petani.
Setelah membaca puisi si pengemis, Yongjang merasa terhina.”Puisi ini seakan-akan menghina pejabat, tidak bisa diterima!” kemudian Yongjang meneruskan puisi itu pada Byun Hakdo.
“Siapa yang menulis puisi ini?”
“Seorang pengemis muda.” Tunjuknya pada Yi Mongryeong setengah ketakutan karena siapa pun yang telah menulis puisi seperti itu, pastinya bukan sembarang pengemis. Para pejabat yang hendak keluar masuk lingkungan Byun Hakdo segera di hentikan oleh orang-orang Yi Mongryeong di luar dengan pedang berjaga-jaga. Anak-anak pejabat mengerti dan tahu bahwa si pengemis itu bukan sembarang pengemis melainkan inspektur kerajaan. Yi Mongryeong memberitahukan identitas aslinya dan mengambil alih tugas Byun Hakdo yang sudah ditangkap karena bertindak tidak adil, menyengsarakan rakyat dan juga kekasihnya.
Mongryeong segera menyuruh pengawal untuk membawa Ch’unhyang untuk padanya untuk diadili, “Katakan pada wanita itu kalau utusan Raja telah datang untuk mengadili kasusnya.”
Ch’unhyang menangis, memanggil ibunya yang sejak pagi sudah mendampingi anaknya.”Ibu, ini adalah akhir hidupku! Mana Yi Mongryeong?”
“Jangan banyak bicara lagi, utusan Raja telah menunggumu!” Ch’unhyang di seret dan dibawa ke depan pengadilan. Yi Mongryeong duduk di kursi hakim dibelakang layar putih menutupi wajahnya.
“Jika kau tidak mau menerima cinta Byun Hakdo, apakah jika aku meminta mu untuk jadi miliku kau akan mengabulkannya?” Mongryeong bertanya pada Ch’unhyang dengan nada memaksa.
“Betapa tidak bahagianya orang-orang miskin di negeri ini! Pertama, pejabat yang tidak adil itu, dan sekarang anda inspektur kerajaan yang seharusanya datang untuk membantu orang-orang yang tidak berdaya ini. Betapa menyedihkannya menjadi orang miskin, dan begitu menyedihkannya hidup sebagai seorang wanita!”
“Mongryeong menyuruh petugas pengadilan membuka tali pengikat lengannya.”Sekarang naikan kepala mu dan lihat aku!”
“Tidak!” jeritnya.”Aku tidak akan melihat tuan, aku tidak akan mendengarkan perkataan tuan. Anda boleh memotong-motong tubuh hamba menjadi kepingan, tapi hamba tetap tidak akan mengabulkan permintaan untuk hidup bersama tuan.”
Yi Mongryeong tersentuh dengan ucapan kekasih sekaligus istrinya itu. Kemudian mencopot cincin yang Ch’unhyang berikan padanya dulu dan menyuruh pengawal memeprlihatkannya pada wanita itu.
Ch’unhyang kaget dan menangis bahagia ketika mengetahui orang dibalik layar itu adalah Yi Mongryeong,”Oh, kemarin kekasihku hanyalah seorang pengemis dan sekarang inspektur kerajaan!”
Mongryeong kemudian mengadili Byun Hakdo, mencabut jabatannya, mengasingkannya ke pulau terpencil tanpa makanan, karena keserakahannya mengambil upeti dari rakyat hingga kelaparan. Rakyat pun gembira mendengar hukuman Byun Hakdo, menyoraki Mongryeong dan Ch’unhyang yang akhirnya bisa bertemu dan berkumpul kembali. Mong Ryeong membawa Ch’unhyang ke Seoul, dan menceritakan kisah ini pada sang Raja. Raja pun tersentuh mendengar kisahnya dan memberikan gelar bangsawan pada Ch’unhyang. Meskipun dia lahir di keluarga miskin, dan ibunya seorang wanita penghibur. Ch’unhyang adalah model yang harus ditiru oleh semua wanita karena kesetiaannya. Akhirnya Mongryeong memperkenalkan Ch’unhyang pada keluarganya. Dan mereka pun hidup bahagia selamanya dan beranak pinak.
--The end--